Menejemen Kelas
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Menejemen
Kelas”. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penyusun makalah
maupun pembaca makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan yang terus memberikan bimbingannya
dalam penyusunan makalah ini dan tidak turut lupa juga kepada sahabat-sahabat
kelas PBA C yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan motivasi serta do’a kepada kami dalam penyusunan
makalah ini . oleh karenanya, ribuan ucapan terimakasih yang terhingga kepada
semua pihak yang terkait dalam hal ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Untuk kekurangan dan kekeliruan yang terdapat didalam makalah ini,
penyusun mohon untuk saran dan kritiknya yang dapat memotivasi dan merevisi
serta selalu berinovasi kedepannya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Kelas merupakan tempat yang
dihuni oleh sekelompok manusia dengan berbagai latar belakang, karakter,
kepribadian, tingkah laku, dan emosi yang berbeda beda. Karena itu dalam upaya
mengelola diperlukan banyak hal guna mempermudah tugas manajemen itu sendiri.
Masalah utama dalam upaya
mengelola kelas adalah siswa itu sendiri. Artinya pengelolaan kelas dilakukan
tidak lain untuk meningkatkan dan mempertahankan gairah siswa dalam
belajar baik secara berkelompok maupun secara individual.
Guru adalah tenaga
profesional. Guru berperan sebagai
pengelola aktivitas yang bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas. Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu murid dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
pengelola aktivitas yang bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas. Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu murid dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan seorang guru
mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru
mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid
rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.
Pengelolaan kelas bukanlah
masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor.
Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain
adalah untuk meningkatkan kegairahan murid baik secara berkelompok maupun
secara individual.
B. Rumusan masalah
1. Apa konsep dasar manajemen kelas
2. Apa ruang lingkup dalam manajemen kelas
3. Apa tujuan manajemen kelas
4. Apa pendekatan-pendekatan dalam manajemen kelas
C. Tujuan
1. Agar mengetahui konsep dasar manajemen kelas
2. Agar mengetahui ruang lingkup dalam manajemen kelas
3. Agar mengetahui tujuan manajemen kelas
4. Agar mengetahui pendekatan-pendekatan manajemen kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Manejemen Kelas
Di dalam proses belajar mengajar terdapat dua masalah yang tutrut
menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu masalah
pengajaran (intrukctiona management) dan masalah manajemen sekolah (clasroom
management). Antara keducpaanya diyakini mempunyai implikasi dalam pencapaian
hasil pembelajaran. Masalah pengajaran itu akan berhasil, dalam arti
tercapainya tujuan-tujuan pengajaran akan sangat tergantung pada masalah
manajemen kelas itu perlu diatur sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan
atau mempertahankan kondisi optimal yang memungkinkan terjadinya proses belajar
mengajar yang kondusif.
Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang batasan manajemen,
karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat diterima semua orang.
Namun demikian dari pikiran-pikiran
ahli tentang definisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manjemen
merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk
mencapai suatu tujuan yang di dalam pelaksanaanya dapat mengikuti alur keilmuan
secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam
menggunakankemampuan orang lain. Sedangkan menurut Parker Follet (Daft dan
Steers, 1986) manajemen didefinisikan sebagai “the ar tof getting done
through people” atau diartikan lebih luas sebagaiproses pencapaian tujuan
melalui pendayagunaan sumber daya manusia dan material secara efisien (Buford
dan bedeian, 1988)[1].
Selanjutnya, manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu manajemen
dan kelas, manajemen dari kata management, yang diterjemahkan pula menjadi
pengelolaan, berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada
semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Manajemen
kelas mengacu pada kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang
memungkinkan siswa dalam kelas tersebut untuk dapat belajar dengan efektif.
Untuk memperjelas pengertian manajemen kelas, Cooper, J.M., dalam bukunya
clasroom teaaching Skills (dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1993).
Mengutip lima definisi, yaitu:
1. Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mencipatakan
dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.
2.
Manajemen
kelas ialah seperangkat kegiatan memaksimalkan kebebasan siswa.
3.
Manajemen
kelas ialah seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi
atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan dan mengurangi atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
4.
Manajemen
kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembengkan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif.
5.
Manajemen
kelas ialah seperangkat kegiatan untuk menumbuhkan dan mempertahankan
organisasi kelas yang efektif.
Bertitik tolak dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik benang
merah bahwa manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku
yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio
emosional yang positif serta mengmbangkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif dan produktif.[2]
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam menejemen kelas adalah
penempatan indivindu, kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol, mengatur atau mendisiplikan
peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi untuk saat ini. Sekarang
aktivitas guru adalah memanaj, mengorganisir dan mengkordinasikan segala
aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan
keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis
dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap
aspek-aspek manajemen kelas. Adapun
aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah sifat kelas,
pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif[3].
B. Ruang Lingkup Manajemen Kelas
Ruang lingkup manajemen
kelas menurut Johanna Kasin Lemlech adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan kurikulum yang lengkap mulai dari rumusan tujuannya, bahan
ajarannya, sampai pada evaluasinya. Tanpa perencanaan, usaha penataan kelas tidak
sebaik yang diharapkan.
b. Pengorganisasian proses belajar-mengajar dan sumber belajar sehingga serasi
dan bermakna kegiatan guru dan murid diatur, sehingga terjadi interaksi
yang responsive. Penataan sumber belajar akan selalu berkaitan
dengan pengorganisasian proses belajar mengajar.
c. Penataan lingkungan yang bernafaskan pokok bahasan menjadi usaha guru dalam
menata kelas agar kelas merangsang dan penuh dorongan untuk memunculkan proses
belajar yang efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Udin
Saifuddin, bahwa ruang lingkup manajemen kelas terdiri atas kegiatan akademik
berupa perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian
pembelajaran. Selain itu juga berupa kegiatan administratif yang mencakup
kegiatan procedural dan organisasional, seperti
penataan ruangan, pengelompokan siswa dan tugas, penegakan disiplin kelas,
pengadaan tes dan menilainya, iklim kelas yang favourable,
pengorganisasian kelas, penataan kelas dan pelaporan.
Mengenai aspek-aspek
manajemen kelas ini, maka dibedakan menjadi dua:
1) Kegiatan Administratif Manajemen.
Kegiatan administratif
pendidikan tidak terlepas dari proses manajemen. Administratif dalam pandangan
Shulhan adalah seluruh kegiatan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok orang
untuk mencapai tujuan bersama. Berkaitan dengan hal ini Nawawi berpandangan
bahwa “…sebuah kelas pada dasarnya merupakan suatu unit kerja yang di dalamnya
bekerja sejumlah orang untuk mencapai tujuan”.
Dengan demikian, dalam
suatu kelas harus ada upaya untuk menciptakan kondisi kelas yang diliputi
dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan
inisiatif siswa dalam sebuah kelompok. Oleh sebab itu, dalam mengelola suatu
kelas, guru atau wali kelas tentu menjalani langkah-langkah manajemen administrative yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
pengkomunikasian dan pengontrolan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan.
Perencanaan mengenai
program tahunan, program semester, program bulanan, program mingguan dan harian
harus disusun secara rapi dan disesuaikan dengan alokasi waktu dan beberapa
kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
2. Pengorganisasian.
Dalam program kerja
kelas sebagai rencana kerja harus bersifat realistis dengan tujuan yang realistis.
Dengan demikian guru dan wali kelas harus membagi beban kerja kepada seluruh
personal yang ikut dalam pengelolaan kelas agar aktifitas kelas dapat berjalan
dengan tertib sesuai dengan tujuan dan rencana.
3. Pengarahan.
Guru harus memberi instruksi, petunjuk dan bimbingan sebagai pengarahan
agar kegiatan yang dilaksanakan tidak menyimpang dari perencanaan. Pengarahan
ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan kepala sekolah selaku pucuk
pimpinan dan penanggung jawab, juga kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait,
demi mewujudkan proses belajar mengajar di kelas yang efektif dan
efisien.
4. Pengkoordinasian.
Pengkoordinasian ini
bisa diwujudkan dengan menciptakan kerjasama yang disadari saling pengertian
akan tugas dan peranan masing-masing, sehingga mampu menciptakan hubungan kerja
yang harmonis dan pekerjaan menjadi produktif.
5. Pengkomunikasian.
Dalam pengkomunikasian harus selalu terjalin antara guru dan wali kelas
dengan siswa di dalam kelas, agar tercipta situasi kelas yang dinamis.
Komunikasi antar personal di kelas dapat berlangsung secara formal dalam acara
rapat, musyawarah, diskusi dan dapat berlangsung secara informal melalui kontak
antar pribadi dala setiap kesempatan di dalam dan di luar sekolah.
6. Pengontrolan.
Kegiatan kontrol ini
memungkinkan untuk mengetahui kebaikan dan kekurangan dalam melaksanakan
program kelas. Pengontrolan kelas dapat dilakukan terhadap realisasi jadwal
pelajaran, kedisiplinan siswa, partisipasi siswa terhadap kegiatan, realisasi
tugas siswa.
2) Kegiatan Operatif Manajemen.
Agar seluruh program
kelas dapat direalisasikan secara efektif mencapai tujuan, maka kegiatan administrative manajemen
di atas harus ditunjang oleh kegiatan operatif manajemen berikut ini:
a) Tata Usaha.
Tata usaha berfungsi
untuk melakukan pencatatan tentang segala sesuatu yang terjadi di kelas yang
bisa digunakan guru dan wali kelas untuk mengambil suatu kebijakan pendinamisan
kelas.
b) Perbekalan Kelas.
Perbekalan kelas
merupakan alat bantu yang memungkinkan program kelas dapat direalisasikan
secara efektif. Perbekalan kelas itu menurut Nawawi dibedakan menjadi 2 macam :
Ø Alat-alat kependidikan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar
seperti: papan tulis, kapur tulis, kertas untuk ulangan, berbagai alat peraga.
Ø Alat-alat non-kependidikan yang tidak langsung berhubungan dengan proses
pembelajaran seperti: meja kursi, lemari, papan absent, buku raport, absensi,
buku agenda dan lain-lain.
c) Keuangan Kelas.
Pengadaan dan
pemeliharaan perbekalan kelas mengharuskan ada dukungan dana. Dana ini diperlukan
sekali ketika pembelian perbekalan kelas, sekaligus perawatannya agar segala
bentuk perbekalan itu bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu yang relatif panjang
dan tidak segera rusak atau hilang.
d) Personal Kelas.
Di lingkungan kelas,
para siswa sebagai personal kelas harus dikelola dengan baik. Kegiatan ini
berkenaan dengan penempatan siswa dalam kelompok belajar, olah raga, kesenian
dan lain-lain dengan mempertimbangkan faktor intelegensi, bakat, minat dan
lain-lain.
e) Kehumasan.
Kehumasan secara ekstern
dapat dilakukan terhadap wali murid melalui pemberian informasi program kelas
agar mendapatkan dukungan penuh, terutama bila curahan pikiran, tenaga, waktu
dan keuangan dari wali murid benar-benar dibutuhkan.
C. Tujuan Manajemen Kelas
Manajemen kelas
selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas
yang optimal, manajemen kelas betujuan:
1.
Mewujudkan
situasi dan kondisi kelas, sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan
pesrta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin.
2.
Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3.
Menyediakan
dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan
peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan
social, emosional dan intelektual mereka didalam kelas.
4.
Membina
dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang social, ekonomi, budaya dan
sifat sifat individunya.
John W santrock
[2004]berpendapat menajemen kelas yang baik bertujuan membantu siswa
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas
yang tidak diorientasikan pada tujuan pembelajarandan mencegah siswa mengalami
problem akademik dan emosional[4].
D. Beberapa Pendekatan Dalam Manjemen
Pengelolaan kelas bukanlah
masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan
anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dalam hal ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru
tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara
kelompok maupun individual.
Lahirnya interaksi yang
optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka
pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian
berikut.
1. Pendekatan kekuasan
Pengeolaan
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menunutut kepada anak didik
untuk menaatinya di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk
ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru
mendekatinya.
2.
Pendekatan
ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas
adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara
memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, memaksa.
3.
Pendekatan
Kebebasan
Pengelolaan
diartikan ssecara suatu proses untuk membantu anak didik agar meras bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal munkin kebeasan anak didik.
4.
Pendekatan
Resep
Pendekatan
resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak bolh dikerjakan oleh guru dalam
mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap
demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti
petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5.
Pendekatan
Pengajaran
Pendekatan
ini di dasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik[5].
6.
Pendekatan
Berdasarkan Perubahan Tingkah Laku [Behavior Modification Approach]
Dalam
proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguat
positif [Positive Reinforcement],
hukuman [Punishment], penghapusan [Extinction] dan penguat negatif [negative reinforcement]
1.
Penguat
positif
Member penguat dalam kegiatan belajar mengajar kelihatan sederhana
saja, yaitu tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa, yang antara
lain dinyatakan dalam bentuk kata-kata membenarkan, senyuman, anggukan atau
kata-kata pujian.
2.
Hukuman
Dalam menghukum guru hendaklah berpedoman pada “punitur, qunia peccatum est” [dihukum
karena bersalah] dan “punitur no peccatum”
[dihukum agar tidak lagi berbuat kesalahan]. Namun guru harus menyadari hukuman
tidak boleh diberikan dalam keadaan marah hukuman tidak bolleh diberikan
sebagai pembalasan dendam dan hukuman itu akan memberikan efek yang positif
terhadap perubahan tingkah laku siswa.
3.
Penghapusan
[extinction] dan penundaan [time out]
Penghapusan adalah menahan [tidak lagi memberikan] ganjaran yang
diharapkan akan diberikan seperti yang sudah-sudah [menahan pemberian penguat
positif]. Penghapusan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang
semula mendapat penguat.
4.
Penguat
negatif [Negative Reinforcement]
Adalah peniadaan perangsang yang tidak mengenakan [hukuman] setelah
ditampilkannya tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah
laku yang dimaksud. Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang
ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan diulanginya tingkah laku tersebut[6].
7.
Pendekatan
Iklim Sosio Emosional [Socio Emosional Climete Approach]
Terdapat dua asumsi pokok yang dipergunakan dalam manajemen kelas
sebagai berikut:
1.
Iklim
social dan emosional yang baik dalam dalam arti trdapat hubungan inter personal
yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa
merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif.
2.
Iklim
social dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan
kegiatan belajar mengajar,yang didasari dengan hubungan manusiawi yang efektif
[Hadari Nawawi, 2002].
Dalam mengembangkan iklim sosio emosional yang positif Haim C.
Ginott menekankan pentingnya kemampuan guru melakukan komunikasi yang efektif
dengan siswa. Dalam komunikasi yang
efektif Haim C. Ginott [1993] mengemukakan beberapa saran yang perlu dilakukan
guru, yaitu:
a.
Alternative
pembicaraan pada keadaan siswa, janganlah menilai sifat atau pribadi siswa,
sebab hal ini dapat merendahkan martabat siswa.
b.
Kemukakanlah
perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari untuk membangkitkan
pemahaman para siswa tetntang keadaan yang mereka hadapi.
c.
Hilangkanlah
kekerasan dengan imbauan kerjasama dan penyajian kesempatan bagi para siswa
untuk bertindak secara merdeka.
d.
Kenalilah,
terimalah dan hormatilah ide-ide serta perasaan-perasaan siswa yang mana hal
itu akan membangkitkan kesadaran siswa tentang harga dirinya.
e.
Hindarilah
pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar yang dapat menimbulkan kemarahan
dan mengundang sikap bertahan.
f.
Hindarilah
penggunaan kata-kata kasar,sebab hal itu dapat menghilangkan harga diri siswa.
g.
Berusahalah
untuk berbicara singkat saja, hindarilah member ceramah yang panjang lebar dan
bertele-tele karena hal itu tidak akan memotivasi siswa.
8.
Pendekatan
Proses Kelompok [Group Proces Approach]
Dasar dari pendekatan ini adalah psikologi social dan dinamika
kelompok yang mengemukakan dua asumsi sebagai berikut:
1.
Pengalaman
belajar sekolah berlangsung dalam konteks social.
2.
Tugas
guru yang paling utama dalam manajemen kelas adalah pembinaan dan pemeliharaan
kelompok yang produktif dan efektif.
Louis V. Johnson dan Mary A. Bany menggolongkan kegiatan kelas
kedalam dua jenis, yaitu:
a.
Pemudahan
[facilitation]
Yaitu merupakan tingkah laku manajemen yang mengembangkan atau
mempermudah perkembangan kondisi-kondisi positif didalam
kelas.kegiatan-kegiatan pemudahan meliputi :
1.
Mengusahakan
terbinanya kesatuan dan kerjasama atau penciptaan keeratan.
2.
Mengembangkan
peraturan dan prosedur kerja.
3.
Menerapkan
kondisi-kondisi positif.
b.
Mempertahankan
Mempertahankan merupakan tingkah laku manajemen untuk memperbaiki
atau mempertahankan kondisi-kondisi efektif didalam kelas. Kegiatan-kegiatan
mempertahankan meliputi:
1.
Pemeliharaan
semangat kerja kelompok
2.
Mengatasi
konflik didalam kelompok kelas
3.
Mengurangi
masalah-masalah manajemen kelompok[7]
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Ø manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku
yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio
emosional yang positif serta mengmbangkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif dan produktif
Ø Ruang lingkup manajemen kelas terdiri atas kegiatan akademik berupa
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
Selain itu juga berupa kegiatan administratif yang mencangkup kegiatan procedural dan organisasional,
seperti penataan ruangan, pengelompokan siswa dan tugas, penegakan disiplin
kelas, pengadaan tes dan menilainya, iklim kelas yang favourable,
pengorganisasian kelas, penataan kelas dan pelaporan.
Ø John W santrock [2004] berpendapat menajemen kelas yang baik
bertujuan membantu siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan
mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan
pembelajarandan mencegah siswa mengalami problem akademik dan emosional.
Ø Beberapa pendekatan Dalam Manjemen
·
Pendekatan kekuasan
·
Pendekatan ancaman
·
Pendekatan kebebasan
·
Pendekatan resep.
·
Pendekatan
Pengajaran
·
Pendekatan Berdasarkan Perubahan Tingkah Laku
·
Pendekatan Iklim sosio
emosional
·
Pendekatan proses
kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah Bahri Syaiful, Strategi
Belajar Mengajar, (Rineka Cipta, Jakarta 2006)
Mulyadi, “Classroom Management”,
(UIN-Malang Pres, 2009) hal. 1-4.
Sagala Syaiful, “Manjemen
Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan”, Cet ke-6,(Alfabeta
Bandung 2013)
Tim Dosen administrasi Pendidikan
UPI, “Manajemen Pendidikan”,
( Alfabeta, Bandung 2010 )
[1]Syaiful
Sagala, “Manjemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan”, Cet
ke-6,(Alfabeta Bandung 2013), hal. 49
[2] Mulyadi, “Classroom
Management”, (UIN-Malang Pres, 2009) hal. 1-4.
[3] Tim Dosen
administrasi Pendidikan UPI, “Manajemen Pendidikan”, ( Alfabeta, Bandung
2010 ) Hal. 107
[4]Op,.Cit.
Mulyadi, “Classroom
Management”, Hal. 4-5
[5] Syaiful
bahri djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Rineka Cipta, Jakarta 2006)
Hlm. 179-180
[6] Ibid.hal.180
[7] Op,.Cit.
Mulyadi, “Classroom
Management”,Hlm. 35-67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar