MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan
Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , karena atas limpahan
karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad
Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak
untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar
hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri ini tepat
pada waktunya.
Penulis sangat tertarik
untuk mengajukan Judul : MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR.
Banyak kesulitan dan
hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas mandiri ini tapi dengan
semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga
Penulis mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik.
Penulis menyimpulkan bahwa
tugas mandiri ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran
dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat bagi Penulis dan
pembaca pada umumnya.
Pekalongan, September 20015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur
yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek
ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai
aspek lain yang harus diperhatikan dalam memili media pembelajaran, antara lain
tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respons yang diharapkan siswa jyasau setekag oenbekaharab berkabgsybgm dab
jibtejs oenbekaharab ternasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat
dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat
bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar
yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada
tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran
dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
Tak bisa dipungkiri, dewasa ini media telah
menjadi bagian dari kehidupan kita. Di negara maju, media telah mempengaruhi
hampir sepanjang waktu hidup seseorang. Bahkan seorang insinyur ternama Amerika
Serikat, B. Fuller mengatakan bahwa media telah menjadi "orang tua
ketiga" bagi anak (guru adalah orang tua kedua). Meskipun perkembangannya
di Indonesia belum mencapai taraf seperti itu, namun kecenderungan ke arah itu
sudah mulai tampak. Dalam dunia
pendidikan dan pembelajaran, peranan media juga tidak bisa diabaikan.
Sebagai salah satu komponen pembelajaran,
media tidak bisa luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian
yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun
kenyataanya bagian inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai alasan.
Alasan yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat
persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya,
dll. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah membekali
diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran.
Sesungguhnya betapa banyak jenis media yang bisa dipilih, dikembangkan dan
dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, biaya maupun tujuan pembelajaran yang
dikehendaki. Setiap jenis media memiliki karakteristik tertentu yang perlu kita
pahami, sehingga kita dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi yang ada di lapangan.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun makalah merumuskan
masalah sebagai berikut:
i.
Apa
yang di maksud dengan media pendidikan?
ii.
Apa
manfaat atau urgensi media pendidikan ?
iii.
Bagaimana
perkembangan media pendidikan ?
iv.
Apa
yang dinamakan proses belajar itu ?
BAB II
PEMBAHASAN
C.
Pengertian Media
Kata Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium[1],
secara harfiah lata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.
Association For Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala
bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education
Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan,
dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan
dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas
program instruktional[2].
Gagne
(1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sedangkan Briggs (1970)
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar[3].
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara
kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat
meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai[4].
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Association For Education and
Communication Technology (AECT) di
Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan
bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, adalah contoh-contohnya[5].
Dan kebanyakan para ahli pendidikan membedakan antara media dan
alat peraga, namun kedua istilah tersebut juga digunakan saling bergantian[6]
D.
Urgensi Penggunaan Media
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi.
Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan dunia komunikasi tersendiri di
mana guru atau dosen dan siswa/ mahasiswanya bertukar pikiran untuk
mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi
penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tesebut tidak efekti dan efesien,
antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketika
siswa/mahasiswa, kurangnya minat dan kegairahan dsb.
Salah satu usaha mengatasi keadaan demikian adalah penggunaan media
secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam
kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap, dan
lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam
hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan
serta untuk memberikan umpan balik.
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai
nilai-nilai praktis sebagai berikut:
1.
Media
dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa atau
mahasiswa.
2.
Media
dapat mengatasi ruang kelas.
3.
Media
memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan.
4.
Media
menghasilkan keseragaman pengamatan.
5.
Media
dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6.
Media
dapat meningkatkan keinginan dan minat yang baru.
7.
Media
dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.
8.
Media
dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada
yang abstrak[7].
Sedangkan media pendidikan secara umum mempunyai kegunaan untuk
mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap
pasif anak didik serta mempesatukan pengamatan anak.
Adapun hambatan yang sering timbul adalah sebagai berikut :
ü Verbalisme – ketergantungan pada penggunaan kata-kata lisan untuk
memberikan penjelasan
ü Kekacauan penafsiran.
ü Perhatian yang bercabang.
ü Tidak ada tanggapan.
ü Kurang perhatian.
ü Keadaan fisik lingkungan belajar yang mengganggu[8].
E.
Perkembangan Media Pendidikan
Kalau kita lihat perkembanganya, pada mulanya media hanya dianggap
sebagai alat bantu mengajar guru. Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu
visual, yaitu gambar, model, objik dan alat-alat lain yang dapat memberikan
pengalaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi
belajar siswa. Namun sayang, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat
bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek desain,
pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya.
Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada kitar pertengahan
abad ke-20 alat visual untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan
digunakanya alat audio sengga kita kenal adanya alat audio visual.
Bermacam peralatan digunakan guru untuk menyampaikan pesan ajaran
pada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme
yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Edgar Dale
mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit ke
yang paling abstrak[9].
F.
Proses Belajar Mengajar
Kalau anda bergerak di dalam bidang pendidikan dan latihan, baik
sebagai guru, dosen, pelatih, instruktur, pengelola, atau bahkan sebagai siswa,
mahasiswa dan pihak yang dilatih, barangkali istilah proses belajar mengajar
tidak asing lagi. Istilah lain yang sering dipakai adalah kegiatan belajar
mengajar.
Dalam kedua istilah tersebut kita lihat adanya dua proses atau
kegiatan, yaitu : proses/kegiatan belajar dan proses/kegiatan mengajar. Ke dua
proses tersebut seolah-olah tidak bisa di pisahkan satu sama lain. Ada anggapan
bahwa kalau ada proses belajar tentulah ada proses mengajar.
Seseorang belajar karena ada yang mengajar. Tapi benarkah itu? Kalau
mengajar kita pandang sebagai kegiatan atau proses yang terarah dan terencana
yang mengusahakan agar terjadi proses belajar pada diri seseorang maka pendapat
tersebut tidaklah benar. Proses belajar bisa terjadi kapan saja dan diman saja
terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena
adanya interaksi individu dengan lingkunganya.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat
nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya
perubahan tingkah laku pada dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan
(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)[10]
[1] Arief S.
Sadiman, MEDIA Pendidikan:pengertian, pengembangan dan pemanfaatanya, jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 1996, hlm 6
[2] Usman,
M. Basyiruddin – Asnawir, Media Pembelajaran, jakarta: Ciputat Pers,
2002,
[3] Arief S.
Sadiman, MEDIA Pendidikan, OP cit, hlm 6
[4] Usman,
M. Basyiruddin – Asnawir, Media Pembelajaran, Op, cit.
[5] Arief S.
Sadiman, MEDIA Pendidikan, OP cit, hlm 6
[6] Usman,
M. Basyiruddin – Asnawir, Media Pembelajaran, Op, cit.
[7] Ibid,
[8]
Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta, kelapa
gading permai, CV, Rajawali, hlm 109
[9] Arief S.
Sadiman, MEDIA Pendidikan, OP cit, hlm 7
[10] Ibid,
hlm 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar