Jumat, 20 Januari 2017

MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR.

KATA PENGANTAR
        Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri ini tepat pada waktunya.
       Penulis sangat tertarik untuk mengajukan Judul : MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR.
       Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas mandiri ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga Penulis mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik.     
   Penulis menyimpulkan bahwa tugas mandiri ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.




Pekalongan, September 20015

    Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memili media pembelajaran, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respons yang diharapkan siswa  jyasau setekag oenbekaharab berkabgsybgm dab jibtejs oenbekaharab ternasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.    
Tak bisa dipungkiri, dewasa ini media telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Di negara maju, media telah mempengaruhi hampir sepanjang waktu hidup seseorang. Bahkan seorang insinyur ternama Amerika Serikat, B. Fuller mengatakan bahwa media telah menjadi "orang tua ketiga" bagi anak (guru adalah orang tua kedua). Meskipun perkembangannya di Indonesia belum mencapai taraf seperti itu, namun kecenderungan ke arah itu sudah mulai tampak.  Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, peranan media juga tidak bisa diabaikan.
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, media tidak bisa luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun kenyataanya bagian inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dll. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran. Sesungguhnya betapa banyak jenis media yang bisa dipilih, dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, biaya maupun tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Setiap jenis media memiliki karakteristik tertentu yang perlu kita pahami, sehingga kita dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan.
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun makalah merumuskan masalah sebagai berikut:
                    i.            Apa yang di maksud dengan media pendidikan?
                  ii.            Apa manfaat atau urgensi media pendidikan ?
                iii.            Bagaimana perkembangan media pendidikan ?
                iv.            Apa yang dinamakan proses belajar itu ?



BAB II
PEMBAHASAN
C.    Pengertian Media
Kata Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium[1], secara harfiah lata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Association For Education and Communication Technology  (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruktional[2].
Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sedangkan Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat  menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar[3].
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai[4].
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Association For Education and Communication Technology  (AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, adalah contoh-contohnya[5].
Dan kebanyakan para ahli pendidikan membedakan antara media dan alat peraga, namun kedua istilah tersebut juga digunakan saling bergantian[6]
D.    Urgensi Penggunaan Media
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan dunia komunikasi tersendiri di mana guru atau dosen dan siswa/ mahasiswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tesebut tidak efekti dan efesien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketika siswa/mahasiswa, kurangnya minat dan kegairahan dsb.
Salah satu usaha mengatasi keadaan demikian adalah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap, dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik.
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:
1.      Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa atau mahasiswa.
2.      Media dapat mengatasi ruang kelas.
3.      Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan.
4.      Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
5.      Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6.      Media dapat meningkatkan keinginan dan minat yang baru.
7.      Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.
8.      Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak[7].
Sedangkan media pendidikan secara umum mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif anak didik serta mempesatukan pengamatan anak.
Adapun hambatan yang sering timbul adalah sebagai berikut :
ü  Verbalisme – ketergantungan pada penggunaan kata-kata lisan untuk memberikan penjelasan
ü  Kekacauan penafsiran.
ü  Perhatian yang bercabang.
ü  Tidak ada tanggapan.
ü  Kurang perhatian.
ü  Keadaan fisik lingkungan belajar yang mengganggu[8].

E.     Perkembangan Media Pendidikan
Kalau kita lihat perkembanganya, pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru. Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, objik dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Namun sayang, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek desain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya.
Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada kitar pertengahan abad ke-20 alat visual untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan digunakanya alat audio sengga kita kenal adanya alat audio visual.
Bermacam peralatan digunakan guru untuk menyampaikan pesan ajaran pada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak[9].

F.     Proses Belajar Mengajar
Kalau anda bergerak di dalam bidang pendidikan dan latihan, baik sebagai guru, dosen, pelatih, instruktur, pengelola, atau bahkan sebagai siswa, mahasiswa dan pihak yang dilatih, barangkali istilah proses belajar mengajar tidak asing lagi. Istilah lain yang sering dipakai adalah kegiatan belajar mengajar.
Dalam kedua istilah tersebut kita lihat adanya dua proses atau kegiatan, yaitu : proses/kegiatan belajar dan proses/kegiatan mengajar. Ke dua proses tersebut seolah-olah tidak bisa di pisahkan satu sama lain. Ada anggapan bahwa kalau ada proses belajar tentulah ada proses mengajar.
Seseorang belajar karena ada yang mengajar. Tapi benarkah itu? Kalau mengajar kita pandang sebagai kegiatan atau proses yang terarah dan terencana yang mengusahakan agar terjadi proses belajar pada diri seseorang maka pendapat tersebut tidaklah benar. Proses belajar bisa terjadi kapan saja dan diman saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkunganya.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku pada dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)[10]





[1] Arief S. Sadiman, MEDIA Pendidikan:pengertian, pengembangan dan pemanfaatanya, jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996, hlm 6
[2] Usman, M. Basyiruddin – Asnawir, Media Pembelajaran, jakarta: Ciputat Pers, 2002,
[3] Arief S. Sadiman, MEDIA Pendidikan, OP cit, hlm 6
[4] Usman, M. Basyiruddin – Asnawir, Media Pembelajaran, Op, cit.
[5] Arief S. Sadiman, MEDIA Pendidikan, OP cit, hlm 6
[6] Usman, M. Basyiruddin – Asnawir, Media Pembelajaran, Op, cit.
[7] Ibid,
[8] Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta, kelapa gading permai, CV, Rajawali, hlm 109
[9] Arief S. Sadiman, MEDIA Pendidikan, OP cit, hlm 7
[10] Ibid, hlm 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About