Selasa, 17 Januari 2017

Aliran Rekonstruksionisme


KATA PENGANTAR
          Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah Filsafat pendidikan yang telah di berikan kepada kami dengan judul “ Aliran Rekonstruksionisme” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
            Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi kita, yaitu, Nabi Muhammad SAW, yang mana telah membawa kita dari zaman kebodohan sampai pada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
            Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini pasti banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
            Dan harapan kami, walaupun mungkin hanya sedikit ilmu yang bisa kami tuliskan dalam makalah ini. Semoga  bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pembaca, Aamiien..


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam filsafat modern dikenal beberapa aliran-aliran diantaranya aliran rekontrusionisme di zaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan dimana keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstrusionisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu pada aliran rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa depan sangat di tekankan. di samping itu aliran rekonstruksionisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya.
B.     Rumusan masalah
1.     Bagaimana latar belakang lahirnya aliran rekonstruksionisme
2.     Apa yang di maksud dengan aliran rekonstruksionisme
3.     Bagaimana pandangan filosof mengenai filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme
4.     Siapa saja tokoh dari aliran rekonstruksionisme
5.     Prinsip-Prinsip aliran Rekonstruksionisme
6.     bagaimana pandangan aliran rekonstruksionisme tentang pendidikan dan belajar
7.     sebutkan Macam-macam aliran rekonstruksionisme
C.     Tujuan penulisan
1.    Agar kita mengetahui latar belakang lahirnya rekonstruksionisme
2.    Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan aliran rekonstruksionisme
3.    Agar mengetahui pandangan filosofis mengenai filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme
4.    Agar mengetahui siapa saja tokoh aliran rekontruksionisme
5.    Agar mengetahui  prinsip-prinsip aliran Rekonstruksionisme
6.    Agar mengetahui pandangan aliran rekonstruksionisme tentang pendidikan dan belajar.
7.    Agar mengetahui macam-macam aliran rekonstruksionisme
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Latar Belakang Lahirnya Aliran Rekonstruksionisme
Rekontruksionisme yang sering di katakan sebagai rekontruksi sosial merupakan perkembangan dari gerakan filsafat pendidikan progresivisme. Umumnya Rekontruksionisme menganggap progrevismne belum cukup jauh berusaha memperbaiki masyarakat. Mereka percaya progrevisme hanya memperhatikan problema masyarakata pada saat itu saja, padahal yang dipeerlukan pada abad kemajuan teknologi yang pesat ini adalah rekontruksi masyarakat dan penciptaan tatanan dunia baru secara menyeluruh[1].
Rekontruksionisme timbul dari sebagai pengamatan tokoh-tokoh pendidikan terhadap masyarakat amerika khususnya, dan masyarakat barat pada umumnya, yang menjelang tahun tiga puluhan menjadi menentu. Keadaan masyarakat tidak sepadan dengan harapan ideal seperti timbulnya kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan. Untuk mengembalikan kepada keadaan semula hendaknya pendidikan dapat berperan sebagai instrumen rekontruksi masyarakat. Dengan demikian, Rekontruksionisme menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kaitanya dengan masyarakat. Artinya, bahwa tujuan pendidikan, kurikulum, metode, peran guru dan peran sekolah sebagai lembaga pendidikan hendaknya searah dengan situasi dan kebutuhan masyarakat. Peserta didik dalam sekolah yang bercorak Rekontruksionisme ini diarahkan supaya mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat di mana ia tinggal. Jadi, orientasi pendidikanya adalah masyarakat.[2]

Rekonstrusionisme ini untuk pertama kali dikemukakan oleh Brameld dan Brubacher yang mengkahji tentang ide pokok rekontruksionisme. Tokoh  lain yang mempelopori aliran rekontruksionisme di antaranya adalah GeorgeS. Count(Rekontruksionisme sosial), ia memberi kritikan yang menghendaki agar sekolah mengambil bagian dalam membangun masyarakat Amerika. John Dewey(Rekontruksionisme radikal atau individual), yang memandang pendidikan sebagai rekontruksi pengalaman – pengalaman yang langsung terus dalam hidup (Redja Mulyahardjo, 2001:150-151). Pada dasarnya aliran Rekontruksionisme adalah sepaham dengan aliran perenialisme dalam hendak mengatasi krisis kehidupan modern, hanya saja jalan yang ditempuh berbedadengan apa yang ditempuh oleh aliran perenialisme, tetapi sesuai dengan istilah yang dikandungnya yaitu  Restore to the original form ( kembali ke bentuk aslinya).

2.      Pengertian Aliran Rekonstruksionisme
Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstructyang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan,aliran rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.[3]

Imam Barnadib mengartikan Rekontruksionisme sebagai filsafat pendidikan yang menghendaki agar anak didik dapat dibangkitkan kemampuanya untuk secara rekonstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu, Arthur K. Ellis menganggap bahwa Rekonstruksionisme merupakan perkembangan dari progesivisme dalam pendidikan, yang kadang kala diartikan sebagai rekonstruksi sosial. Pengikut aliran, lanjutnya, pada umumnya menganggap bahwa progresivisme belum berjalan cukup jauh dalam mengupayakan perbaikan masyarakat.mereka menganggap bahwa progresivisme hanya memperhatikan problematika masyarakat pada saat itu saja (sedang dihadapi),  padahal yang dipeerlukan pada abad kemajuan teknologi yang pesat ini adalah rekontruksi masyarakat dan penciptaan tatanan dunia baru secara menyeluruh. Di antara para pendukung vokal aliran ini adalah John Dewey. Secara jelas, kecenderungan Dewey pada Rekonstruksionisme dapat diketahui dari pernyataanya:

(perbedaan esensial yang mencolok antara gagasan pendidikan sebagai rekostruksi dengan konsepsi lainya yang telah dikritik dalam bab ini dan bab sebelumnya (perenialisme dan esensialisme, pen) adalah bahwa Rekonstruksionisme menjelaskan akhir (akibat/hasil) dan proses..... tiap pengalaman atau aktivitas yang berlangsung secara terus menerus (berupa rekonstruksi, pen) adalah pendidikan. Semua pendidikan selalu memiliki pengalaman semacam itu. Tinggal perlu di tunjukan (sebagaimana akan diungkapkan lebih rinci pada keterangan selanjutnya) bahwa rekonstruksi pengalaman itu bisa terjadi baik pada pribadi maupun sosial.

(pendidikan adalah Rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman sedemikian sehingga mampu menambah makna pengalaman tersebut, serta dapat meningkatkan kemampuan untuk menentukan arah pada pengalamn berikutnya).

Kaitanya dengan pendidikan, Rekonstruksionisme menghendaki tujuan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai problematika sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi oleh manusia secara global, dan untuk membina mereka, membekali mereka dengan kemampuan-kemampuan dasar agar bisa menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Kurikulum dan metode pendidikan bermuatan materi sosial, politik dan ekonomi yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Termasuk juga masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh siswanya. Kurikulumnya menggunakan disiplin ilmu-ilmu sosial dan metode ilmiah.

Peranan guru sama dengan pandangan progresivisme. Guru harus menjadikan muridnya siap menghadapi persoalan-persoalan dalam masyarakat, membantu mereka mengidentifikasi permasalahan, lalu meyakinkan mereka bahwa mereka mampu menghadapi semua itu. Apabila ternyata mereka tidak sanggup, maka tugas guru adalah membimbing mereka secara tepat. Guru harus terampil dalam membantu siswa dalam menghadapi persoalan dan perubahan. Guru harus memberi semangat terhadap munculnya pemikiran yang berbeda sebagai sarana untuk membentuk alternatif penyelesaian masalah. Karenanya, kepala sekolah sebagai agen utama bagi perubahan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat.[4]

Rekonstruksionisme memiliki dua perspektif, masa kini yang banyak mengandung progresivisme dan masa depan yang bersifat futuristik. Itulah sebabnya futurisme dalam pendidikan sering dianggap sebagai perkembangan dan bagian tak terpisahkan dari Rekonstruksionisme.

3.      Pandangan Filosofis Mengenai Filsafat Pendidikan Aliran Rekonstruksionisme

1.      Ontologi aliran rekonstruksionisme
Sesuai dengan namanya, rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha mencari kesepakatan tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tata susunan baru seluruh lingkungannya, dengan kata lain rekonstruksional ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru melalui lembaga dan proses pendidikan.[5]

Penganut ini percaya bahwa telah ada hasrat yang sama dari bangsa-bangsa tentang cita-cita yang tersimpul dalam ide rekontruksionisme. Suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh suatu golongan (Mohammad Noor Syam, 1988: 341).

2.      Epistemologi aliran rekonstruksionisme
Dasar filosofis aliran rekonstruksionisme :

a.       Pragmatisme

Baik rekonstruksionisme individualistik (radikal) dari John Dewey maupun rekonstruksionisme sosial dari George S Count bersumber pada pragmatisme. Pragmatisme menganggap kenyataan sebagai dunia pengalaman, yang diperoleh melalui pendirian, yang kebenarannya terkandung pada kegunaannya dalam masyarakat.

b.      Neopositivisme

Sikap umum yang menjadi dasar pemikiran kaum ini adalah humanisme ilmiah, yang menghargai harkat dan martabat manusia, dan mempunyai keyakinan teguh bahwa ilmu dapat digunakan untuk membangun masyarakat masa depan.

3.      Aksiologi aliran rekonstruksionisme

Langkah awal yang diambil oleh aliran ini dengan mengadakan persahabatan pendidikan Amerika (American education fellowship atau AEF). Prinsip-prinsip yang menjadi landasan kerja AEF yaitu :[6]

1.      Memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada setiap anak, tanpa membedakan ras, kepercayaan, atau latar belakang ekonomi.

2.      Memberikan pendidikan tinggi latihan akademik, profesional, dan teknikal kepada setiap mahasiswanya untuk dapat menyerap dan menggunakan ilmu dan teknologi yang diajarkannya.

3.      Menyusun sebuah program pemuda untuk anak-anak yang berusia 17-23 tahun untuk membawa mereka dan sekolah aktif menuju pada partisipasi dalam masyarakat orang dewasa.

4.      Mengusahakan penggunaan penuh dari perlengkapan sekolah untuk pertemuan-pertemuan pemuda, kegiatan-kegiatan masyarakat, pendidikan orang dewasa.

5.      Terus memperluas penelitian pendidikan

6.      Mengajak pemimpin masyarakat untuk menjadikan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat menjadi bagian dari sekolah.

Langkah selanjutnya dari aliran ini yaitu dengan mengadakan inovasi dan pengembangan kurikulum, yang lebih memusatkan pada problema-prblema yang dihadapi dalam masyarakat.
Aliran ini melihat kurikulum sebagai alat untuk mempengaruhi perubahan sosial dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat.

Adapun komponen kurikulum rekonstruksionisme adalah sebagai berikut :

1.      Tujuan dan isi kurikulum
2.      Metode
3.      Evaluasi

4.      Tokoh-tokoh Aliran Rekontruksionisme

Rekonstrusionisme ini untuk pertama kali dikemukakan oleh Brameld dan Brubacher yang mengkahji tentang ide pokok rekontruksionisme.[7] Tokoh  lain yang mempelopori aliran rekontruksionisme di antaranya adalah GeorgeS. Count(Rekontruksionisme sosial), ia memberi kritikan yang menghendaki agar sekolah mengambil bagian dalam membangun masyarakat Amerika. John Dewey(Rekontruksionisme radikal atau individual), yang memandang pendidikan sebagai rekontruksi pengalaman – pengalaman yang langsung terus dalam hidup (Redja Mulyahardjo, 2001:150-151). Pada dasarnya aliran Rekontruksionisme adalah sepaham dengan aliran perenialisme dalam hendak mengatasi krisis kehidupan modern, hanya saja jalan yang ditempuh berbedadengan apa yang ditempuh oleh aliran perenialisme, tetapi sesuai dengan istilah yang dikandungnya yaitu  Restore to the original form ( kembali ke bentuk aslinya).

5.      Prinsip-Prinsip Aliran Rekonstruksionisme

a)      Masyarakat dunia sedang dalam kondisi  Krisis , jika praktik- praktik yang ada  sekarang  tidak dibalik,maka peradaban yang kita kenal ini akan mengalami kehancuran.

b)      Solusi efektif satu-satunya bagi pesoalan- pesoalan dunia kita  adalah penciptaan social yang menjagat.

c)      Pendidikan formal dapat menjadi agen utama dalam rekonstruksi  tatanan sosial.

d)     Metode-metode pengajaran  harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis  yang bertumpu pada kecerdasan ‘ asali’  jumlah mayoritas  untuk merenungkan  dan menewarkan solusi  yang paling valid  bagi persoalan –persoalan umat manusia.

6.      Pandangan Aliran Rekonstruksionisme Tentang Pendidikan Dan Belajar

1)      Pandangan  aliran rekonstruksionisme tentang pendidikan ini dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:[8]

Ø Teori pendidikan aliran rekonstruksionisme
Menurut aliran ini pendidikan didasarkan kepada hal-hal sebagai berikut :

1.      Tujuan pendidikan

a.    Sekolah-sekolah rekonstruksionisme berfungsi sebagai lembaga utamauntuk melakukan perubahan sosial, ekonomi, dan politik dalam masyarakat.

b.    Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionisme adalah mengembangkan insinyur-insinyur sosial, warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.

c.    Tujuan pendidikan rekonstruksionisme adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

2.        Metode pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan pragmatik untuk kebaikan.

Dengan menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.

3.        Kurikulum
Berisi kebutuhan masyarakat masa depan, masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia termasuk didalamnya masalah pribadi peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif.


2)      Pandangan aliran rekonstruksionisme tentang belajar

Ø Pandangan aliran ini terhadap belajar dapat dilihat dari beberapa aspek pendidikan :[9]

a.       Pelajar
Siswa hendaknya dipandang sebagai bunga yang sedang mekar yang mengandung arti bahwa siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangunan masyarakat masa depan.

b.      Pengajar

1.      Direktur proyek
Yaitu guru yang tugasnya membantu para siswa mengenali masalah-masalah yang dihadapi umat manusia sehingga para siswa memiliki ketrampilan-ketrampilan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.

2.      Pemimpin penelitian
Guru harus membantu siswa menghadapi kontroversi dan perubahan, menumbuhkan berpikir yang berbeda-beda sebagai suatu cara untuk menciptakan alternatif pemecahan-pemecahan masalah dan mampu mengorganisasikan macam kegiatan belajar dengan baik.

c.       Pengajaran
Pelaksanaan pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan sesuai dengan potensi masyarakat. Sekolah berusaha memberikan penerangan dan melatih kemampuan untuk melihat dan mengatasi hambatan serta memecahkannya.

d.      Belajar
Siswa hendaknya belajar dengan tekun dalam menghadapi perkembangan zaman dan kemajuan teknologi agar tujuan dari pendidikan dapat terlaksana.

7.      Macam-macam aliran rekonstruksionisme

1.      Rekonstruksionisme sosial

George S. Counts menerbitkan “the selective character of American secondary education”. Ia menyalahkan sekolah-sekolah karena mengabdikan ketidaksamaan-ketidaksamaan yang mencolok berdasarkan garis ras, kelas, dan etnik. Sekolah-sekolah umum sebagian besar sekarang  dimasuki anak-anak dari kelas sosial yang lebih baik kemampuan keluarganya.
George mengecam pendidikan mengecam pendidikan progresif karena telah gagal mengembangkan suatu teori kesejahteraan sosial, dan ia menegaskan bahwa pendekatan pendidikan berpusat pada anak tidak menjamin ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan ysng diperlukan untuk menghadapi abad 20, dapat dihasilkan oleh pendidikan.
Dalam pendekatan ini terdapat dua aliran, yakni :

a.       Adaptif

Individu dipersiapkan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa mendatang dengan harapan agar bisa mempertahankan hidupnya dalam dunia yang serba dinamis dan tak stabil ini.

b.      Reformis

Golongan ini menginginkan agar individu turut aktif mengadakan perubahan yang diinginkan. Tokohnya antara lain Ivan Illich.

2.      Rekonstruksionisme radikal

Pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Memandang pendidikan sebagai alat membangun masa depan dan memperbaiki masyarakat agar lebih baik.

BAB III

PENUTUP

v  Kesimpulan

Munculnya aliran rekonstruksionisme ini didorong oleh adanya suatu tuntutan yang menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat masa depan. Rekonstruksionisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang berusaha mencari kesepakatan tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam tata susunan baru  seluruh lingkunganya, dengan kata lain rekonstruksionisme ingin merobak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru melalui lembaga dan proses pendidikan.
v  Kritik dan saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ø  Abdur Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif(Jakarta: RajaGrafindo persada, 2011),
Ø  Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam: Landasan Teoritis dan Praktis (Yogyakarta: Gama Media Offset) STAIN Pekalongan Press.

[1] Abdur Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif(Jakarta: RajaGrafindo persada, 2011), hlm. 206
[2] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam: Landasan Teoritis dan Praktis (Yogyakarta: Gama Media Offset) STAIN Pekalongan Press. Hlm. 70
[3] Op. Cit, Abdur Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam. hlm. 206-209
[4] Ibid. Abdur Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam
[5] Op. Cit, Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam. hlm. 71-77
[6] Ibid, Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam
[7] Ibid, Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam
[8] Ibid, Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam. hlm. 78

[9] Ibid, Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam. hlm. 79

1 komentar:

About