Aliran Rekonstruksionisme
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas makalah Filsafat pendidikan yang telah di berikan
kepada kami dengan judul “ Aliran Rekonstruksionisme” sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan.
Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi kita, yaitu,
Nabi Muhammad SAW, yang mana telah membawa kita dari zaman kebodohan sampai
pada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini pasti banyak kesalahan dan kekurangan.
Maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Dan
harapan kami, walaupun mungkin hanya sedikit ilmu yang bisa kami tuliskan dalam
makalah ini. Semoga bisa bermanfaat bagi
kita semua khususnya bagi pembaca, Aamiien..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam filsafat
modern dikenal beberapa aliran-aliran diantaranya aliran rekontrusionisme di
zaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan manusia
terutama dalam bidang pendidikan dimana keadaan sekarang merupakan zaman yang
mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan
kesimpangsiuran.
Untuk
mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstrusionisme menempuhnya
dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan
pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Oleh karena
itu pada aliran rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa depan sangat di
tekankan. di samping itu aliran rekonstruksionisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana latar
belakang lahirnya aliran rekonstruksionisme
2. Apa yang di
maksud dengan aliran rekonstruksionisme
3. Bagaimana
pandangan filosof mengenai filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme
4. Siapa saja
tokoh dari aliran rekonstruksionisme
5. Prinsip-Prinsip aliran Rekonstruksionisme
6. bagaimana pandangan aliran
rekonstruksionisme tentang pendidikan dan belajar
7. sebutkan Macam-macam aliran rekonstruksionisme
C. Tujuan penulisan
1. Agar kita mengetahui latar belakang
lahirnya rekonstruksionisme
2. Agar
mengetahui apa yang dimaksud dengan aliran rekonstruksionisme
3. Agar
mengetahui pandangan filosofis mengenai filsafat pendidikan aliran
rekonstruksionisme
4. Agar mengetahui siapa saja tokoh
aliran rekontruksionisme
5. Agar
mengetahui prinsip-prinsip aliran Rekonstruksionisme
6.
Agar mengetahui pandangan aliran
rekonstruksionisme tentang pendidikan dan belajar.
7.
Agar mengetahui macam-macam aliran
rekonstruksionisme
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Latar Belakang Lahirnya Aliran Rekonstruksionisme
Rekontruksionisme
yang sering di katakan sebagai rekontruksi sosial merupakan perkembangan dari
gerakan filsafat pendidikan progresivisme. Umumnya Rekontruksionisme menganggap
progrevismne belum cukup jauh berusaha memperbaiki masyarakat. Mereka percaya
progrevisme hanya memperhatikan problema masyarakata pada saat itu saja,
padahal yang dipeerlukan pada abad kemajuan teknologi yang pesat ini adalah
rekontruksi masyarakat dan penciptaan tatanan dunia baru secara menyeluruh[1].
Rekontruksionisme timbul dari sebagai pengamatan tokoh-tokoh
pendidikan terhadap masyarakat amerika khususnya, dan masyarakat barat pada umumnya,
yang menjelang tahun tiga puluhan menjadi menentu. Keadaan masyarakat tidak
sepadan dengan harapan ideal seperti timbulnya kebebasan, kesamaan, dan
persaudaraan. Untuk mengembalikan kepada keadaan semula hendaknya pendidikan
dapat berperan sebagai instrumen rekontruksi masyarakat. Dengan demikian,
Rekontruksionisme menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kaitanya dengan
masyarakat. Artinya, bahwa tujuan pendidikan, kurikulum, metode, peran guru dan
peran sekolah sebagai lembaga pendidikan hendaknya searah dengan situasi dan
kebutuhan masyarakat. Peserta didik dalam sekolah yang bercorak
Rekontruksionisme ini diarahkan supaya mampu beradaptasi dan berinteraksi
dengan masyarakat di mana ia tinggal. Jadi, orientasi pendidikanya adalah
masyarakat.[2]
Rekonstrusionisme ini untuk pertama
kali dikemukakan oleh Brameld dan Brubacher yang mengkahji tentang ide pokok rekontruksionisme. Tokoh
lain yang mempelopori aliran rekontruksionisme di antaranya adalah GeorgeS. Count(Rekontruksionisme
sosial), ia memberi kritikan yang menghendaki agar sekolah mengambil bagian
dalam membangun masyarakat Amerika. John Dewey(Rekontruksionisme radikal atau
individual), yang memandang pendidikan sebagai rekontruksi pengalaman –
pengalaman yang langsung terus dalam hidup (Redja Mulyahardjo, 2001:150-151).
Pada dasarnya aliran Rekontruksionisme adalah sepaham dengan aliran
perenialisme dalam hendak mengatasi krisis kehidupan modern, hanya saja jalan
yang ditempuh berbedadengan apa yang ditempuh oleh aliran perenialisme, tetapi
sesuai dengan istilah yang dikandungnya yaitu Restore to the original form ( kembali ke
bentuk aslinya).
2.
Pengertian Aliran Rekonstruksionisme
Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa
inggris Reconstructyang
berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan,aliran
rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak
tata susunan lama dengan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.[3]
Imam
Barnadib mengartikan Rekontruksionisme sebagai filsafat pendidikan yang
menghendaki agar anak didik dapat dibangkitkan kemampuanya untuk secara
rekonstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan
masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara
itu, Arthur K. Ellis menganggap bahwa Rekonstruksionisme merupakan perkembangan
dari progesivisme dalam pendidikan, yang kadang kala diartikan sebagai
rekonstruksi sosial. Pengikut aliran, lanjutnya, pada umumnya menganggap bahwa
progresivisme belum berjalan cukup jauh dalam mengupayakan perbaikan
masyarakat.mereka menganggap bahwa progresivisme hanya memperhatikan
problematika masyarakat pada saat itu saja (sedang dihadapi), padahal yang dipeerlukan pada abad kemajuan
teknologi yang pesat ini adalah rekontruksi masyarakat dan penciptaan tatanan
dunia baru secara menyeluruh. Di antara para pendukung vokal aliran ini adalah
John Dewey. Secara jelas, kecenderungan Dewey pada Rekonstruksionisme dapat
diketahui dari pernyataanya:
(perbedaan
esensial yang mencolok antara gagasan pendidikan sebagai rekostruksi dengan
konsepsi lainya yang telah dikritik dalam bab ini dan bab sebelumnya
(perenialisme dan esensialisme, pen) adalah bahwa Rekonstruksionisme
menjelaskan akhir (akibat/hasil) dan proses..... tiap pengalaman atau aktivitas
yang berlangsung secara terus menerus (berupa rekonstruksi, pen) adalah
pendidikan. Semua pendidikan selalu memiliki pengalaman semacam itu. Tinggal
perlu di tunjukan (sebagaimana akan diungkapkan lebih rinci pada keterangan selanjutnya)
bahwa rekonstruksi pengalaman itu bisa terjadi baik pada pribadi maupun sosial.
(pendidikan
adalah Rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman sedemikian sehingga mampu
menambah makna pengalaman tersebut, serta dapat meningkatkan kemampuan untuk
menentukan arah pada pengalamn berikutnya).
Kaitanya
dengan pendidikan, Rekonstruksionisme menghendaki tujuan pendidikan untuk
meningkatkan kesadaran siswa mengenai problematika sosial, ekonomi dan politik
yang dihadapi oleh manusia secara global, dan untuk membina mereka, membekali
mereka dengan kemampuan-kemampuan dasar agar bisa menyelesaikan
persoalan-persoalan tersebut. Kurikulum dan metode pendidikan bermuatan materi
sosial, politik dan ekonomi yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Termasuk juga
masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh siswanya. Kurikulumnya menggunakan
disiplin ilmu-ilmu sosial dan metode ilmiah.
Peranan
guru sama dengan pandangan progresivisme. Guru harus menjadikan muridnya siap
menghadapi persoalan-persoalan dalam masyarakat, membantu mereka
mengidentifikasi permasalahan, lalu meyakinkan mereka bahwa mereka mampu
menghadapi semua itu. Apabila ternyata mereka tidak sanggup, maka tugas guru
adalah membimbing mereka secara tepat. Guru harus terampil dalam membantu siswa
dalam menghadapi persoalan dan perubahan. Guru harus memberi semangat terhadap
munculnya pemikiran yang berbeda sebagai sarana untuk membentuk alternatif
penyelesaian masalah. Karenanya, kepala sekolah sebagai agen utama bagi
perubahan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat.[4]
Rekonstruksionisme
memiliki dua perspektif, masa kini yang banyak mengandung progresivisme dan
masa depan yang bersifat futuristik. Itulah sebabnya futurisme dalam pendidikan
sering dianggap sebagai perkembangan dan bagian tak terpisahkan dari Rekonstruksionisme.
3.
Pandangan Filosofis Mengenai Filsafat Pendidikan
Aliran Rekonstruksionisme
1.
Ontologi aliran rekonstruksionisme
Sesuai dengan namanya,
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha mencari kesepakatan
tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu
tata susunan baru seluruh lingkungannya, dengan kata lain rekonstruksional
ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang sama sekali baru melalui lembaga dan proses pendidikan.[5]
Penganut ini percaya bahwa telah ada
hasrat yang sama dari bangsa-bangsa tentang cita-cita yang tersimpul dalam ide
rekontruksionisme. Suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh suatu golongan (Mohammad Noor
Syam, 1988: 341).
2.
Epistemologi aliran rekonstruksionisme
Dasar filosofis aliran rekonstruksionisme :
a.
Pragmatisme
Baik rekonstruksionisme
individualistik (radikal) dari John Dewey maupun rekonstruksionisme sosial dari
George S Count bersumber pada pragmatisme. Pragmatisme menganggap kenyataan
sebagai dunia pengalaman, yang diperoleh melalui pendirian, yang kebenarannya
terkandung pada kegunaannya dalam masyarakat.
b.
Neopositivisme
Sikap umum yang menjadi dasar
pemikiran kaum ini adalah humanisme ilmiah, yang menghargai harkat dan martabat
manusia, dan mempunyai keyakinan teguh bahwa ilmu dapat digunakan untuk
membangun masyarakat masa depan.
3.
Aksiologi aliran rekonstruksionisme
Langkah awal yang diambil oleh
aliran ini dengan mengadakan persahabatan pendidikan Amerika (American
education fellowship atau AEF). Prinsip-prinsip yang menjadi landasan kerja AEF
yaitu :[6]
1.
Memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada setiap anak,
tanpa membedakan ras, kepercayaan, atau latar belakang ekonomi.
2.
Memberikan pendidikan tinggi latihan akademik, profesional, dan
teknikal kepada setiap mahasiswanya untuk dapat menyerap dan menggunakan ilmu
dan teknologi yang diajarkannya.
3.
Menyusun sebuah program pemuda untuk anak-anak yang berusia 17-23
tahun untuk membawa mereka dan sekolah aktif menuju pada partisipasi dalam
masyarakat orang dewasa.
4.
Mengusahakan penggunaan penuh dari perlengkapan sekolah untuk
pertemuan-pertemuan pemuda, kegiatan-kegiatan masyarakat, pendidikan orang
dewasa.
5.
Terus memperluas penelitian pendidikan
6.
Mengajak pemimpin masyarakat untuk menjadikan pendidikan sebagai
bagian dari masyarakat menjadi bagian dari sekolah.
Langkah selanjutnya dari aliran ini
yaitu dengan mengadakan inovasi dan pengembangan kurikulum, yang lebih
memusatkan pada problema-prblema yang dihadapi dalam masyarakat.
Aliran ini melihat kurikulum sebagai
alat untuk mempengaruhi perubahan sosial dan menciptakan masa depan yang lebih
baik bagi masyarakat.
Adapun komponen kurikulum
rekonstruksionisme adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
dan isi kurikulum
2. Metode
3. Evaluasi
4.
Tokoh-tokoh Aliran Rekontruksionisme
Rekonstrusionisme ini untuk pertama
kali dikemukakan oleh Brameld dan Brubacher yang mengkahji tentang ide pokok rekontruksionisme.[7]
Tokoh lain yang mempelopori aliran
rekontruksionisme di antaranya
adalah GeorgeS. Count(Rekontruksionisme sosial), ia memberi kritikan
yang menghendaki agar sekolah mengambil bagian dalam membangun masyarakat
Amerika. John Dewey(Rekontruksionisme radikal atau individual), yang memandang
pendidikan sebagai rekontruksi pengalaman – pengalaman yang langsung terus
dalam hidup (Redja Mulyahardjo, 2001:150-151). Pada dasarnya aliran
Rekontruksionisme adalah sepaham dengan aliran perenialisme dalam hendak mengatasi
krisis kehidupan modern, hanya saja jalan yang ditempuh berbedadengan apa yang
ditempuh oleh aliran perenialisme, tetapi sesuai dengan istilah yang
dikandungnya yaitu Restore to the
original form ( kembali ke bentuk aslinya).
5. Prinsip-Prinsip Aliran Rekonstruksionisme
a) Masyarakat dunia sedang dalam
kondisi Krisis , jika
praktik- praktik yang ada sekarang tidak dibalik,maka peradaban yang kita
kenal ini akan mengalami kehancuran.
b) Solusi efektif satu-satunya bagi
pesoalan- pesoalan dunia kita adalah
penciptaan social yang menjagat.
c) Pendidikan formal dapat menjadi agen
utama dalam rekonstruksi tatanan
sosial.
d) Metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip
demokratis yang bertumpu
pada kecerdasan ‘ asali’ jumlah
mayoritas untuk merenungkan dan menewarkan solusi yang paling valid bagi persoalan –persoalan umat
manusia.
6.
Pandangan Aliran Rekonstruksionisme Tentang Pendidikan
Dan Belajar
1)
Pandangan aliran
rekonstruksionisme tentang pendidikan ini dapat dilihat
dari beberapa aspek, yaitu:[8]
Ø Teori
pendidikan aliran rekonstruksionisme
Menurut
aliran ini pendidikan didasarkan kepada hal-hal sebagai berikut :
1. Tujuan
pendidikan
a. Sekolah-sekolah
rekonstruksionisme berfungsi sebagai lembaga utamauntuk melakukan perubahan
sosial, ekonomi, dan politik dalam masyarakat.
b. Tugas
sekolah-sekolah rekonstruksionisme adalah mengembangkan insinyur-insinyur
sosial, warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah
masyarakat masa kini.
c. Tujuan
pendidikan rekonstruksionisme adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik
tentang masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia dalam
skala global, dan mengajarkan kepada mereka ketrampilan-ketrampilan yang
diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
2.
Metode pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan
kebutuhan-kebutuhan pragmatik untuk kebaikan.
Dengan
menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan
program aksi perbaikan masyarakat.
3.
Kurikulum
Berisi kebutuhan masyarakat masa
depan, masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia termasuk
didalamnya masalah pribadi peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan
yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif.
2)
Pandangan aliran rekonstruksionisme tentang belajar
Ø Pandangan
aliran ini terhadap belajar dapat dilihat dari beberapa aspek pendidikan :[9]
a. Pelajar
Siswa
hendaknya dipandang sebagai bunga yang sedang mekar yang mengandung arti bahwa
siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangunan
masyarakat masa depan.
b. Pengajar
1. Direktur
proyek
Yaitu
guru yang tugasnya membantu para siswa mengenali masalah-masalah yang dihadapi
umat manusia sehingga para siswa memiliki ketrampilan-ketrampilan untuk
memecahkan masalah-masalah tersebut.
2. Pemimpin
penelitian
Guru
harus membantu siswa menghadapi kontroversi dan perubahan, menumbuhkan berpikir
yang berbeda-beda sebagai suatu cara untuk menciptakan alternatif
pemecahan-pemecahan masalah dan mampu mengorganisasikan macam kegiatan belajar
dengan baik.
c. Pengajaran
Pelaksanaan
pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan sesuai dengan potensi
masyarakat. Sekolah berusaha memberikan penerangan dan melatih kemampuan untuk
melihat dan mengatasi hambatan serta memecahkannya.
d. Belajar
Siswa
hendaknya belajar dengan tekun dalam menghadapi perkembangan zaman dan kemajuan
teknologi agar tujuan dari pendidikan dapat terlaksana.
7.
Macam-macam aliran
rekonstruksionisme
1.
Rekonstruksionisme sosial
George S. Counts menerbitkan “the
selective character of American secondary education”. Ia menyalahkan
sekolah-sekolah karena mengabdikan ketidaksamaan-ketidaksamaan yang mencolok
berdasarkan garis ras, kelas, dan etnik. Sekolah-sekolah umum sebagian besar
sekarang dimasuki anak-anak dari kelas
sosial yang lebih baik kemampuan keluarganya.
George mengecam pendidikan mengecam
pendidikan progresif karena telah gagal mengembangkan suatu teori kesejahteraan
sosial, dan ia menegaskan bahwa pendekatan pendidikan berpusat pada anak tidak
menjamin ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan ysng diperlukan untuk
menghadapi abad 20, dapat dihasilkan oleh pendidikan.
Dalam pendekatan ini terdapat dua
aliran, yakni :
a. Adaptif
Individu
dipersiapkan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa
mendatang dengan harapan agar bisa mempertahankan hidupnya dalam dunia yang
serba dinamis dan tak stabil ini.
b. Reformis
Golongan
ini menginginkan agar individu turut aktif mengadakan perubahan yang
diinginkan. Tokohnya antara lain Ivan Illich.
2.
Rekonstruksionisme radikal
Pendidikan sebagai rekonstruksi
pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Memandang pendidikan
sebagai alat membangun masa depan dan memperbaiki masyarakat agar lebih baik.
BAB
III
PENUTUP
v Kesimpulan
Munculnya
aliran rekonstruksionisme ini didorong oleh adanya suatu tuntutan yang
menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat
masa depan. Rekonstruksionisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan
yang berusaha mencari kesepakatan tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata
kehidupan manusia dalam tata susunan baru
seluruh lingkunganya, dengan kata lain rekonstruksionisme ingin merobak
tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali
baru melalui lembaga dan proses pendidikan.
v Kritik dan saran
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Abdur Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru
Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif(Jakarta: RajaGrafindo
persada, 2011),
Ø Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam: Landasan Teoritis dan
Praktis (Yogyakarta: Gama Media Offset) STAIN Pekalongan Press.
[1] Abdur Rachman
Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari
Berbasis Integratif-Interkonektif(Jakarta: RajaGrafindo persada, 2011),
hlm. 206
[2] Abdul Khobir, Filsafat
Pendidikan Islam: Landasan Teoritis dan Praktis (Yogyakarta: Gama Media
Offset) STAIN Pekalongan Press. Hlm. 70
bisa belajar filsafat, izin copy ya
BalasHapus