Rabu, 01 Februari 2017

20.37

Prinsip dan Pendekatan dalam Mengajar

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Prinsip dan pendekatan dalam pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disamapikan guru dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Pada pokoknya pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu. 

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian prinsip mengajar?
2.      Apa macam-macam prinsip dalam mengajar?
3.      Apa pengertian pendekatan dalam mengajar?
4.      Apa macam-macam pendekatan dalam mengajar?

C.    Tujuan penulisan
1.      Mengetahui prinsip – prinsip mengajar.
2.      Mengetahui macam – macam prinsip dalam mengajar.
3.      Mengetahui pengertian pendekatan.
4.      Mengetahui macam – macam pendekatan.










BABII
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Prinsip Mengajar
Agar lalu lintas pengajaran bisa berjalan lancar, teratur, terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada stagnasi pengajaran, maka guru harus mengerti, memahami menghayati berbagai prinsip pengajaran sekaligus mengaplikasikan pada waktu dia melaksanakan tugasnya. Prinsip- prinsip mengajar meliputi :
a)        Prinsip aktivitas
Thomas M. Risk dalam bukunya “principles & practices of teaching”, mengemukakan: “Teaching is evidence of learning experiences” (mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar). Pengalaman itu sendiri hanya munkin diperoleh jika peserta didik dengan keaktifanya sendiri beraeaksi terhadap lingkungan.  Dengan demikian belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam activitas, baik itu activitas visik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah aktivitas dengan anggota lain, bermain ataupun bekerja. Aktivitas psikis adalah jika jiwanya bekerja atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran, yang tampak bila ia sedang mengamati denga teliti, memcahkan persoalan dengan mengambil keputusan.
Menerima dan mendengarkan sesuatu dari orang yang ahli memiliki nilai guna  bagi indivindu/peserta didik, tetapi menerima dan mendengarkan mesti diikuti dengan membuat sendiri, memikirkan, membuktikan sendiri. jadi learning by doing, learning by experince, menurut hasil penyelidikan sebgai berikut:


Aktivitas
Hasil
Mendengar
Ditambah melihat
Ditambah berbuat
15 %
55%
90%

Prinsip aktivitas-aktivitas didasarkan pada pandangan psikologis bahwa segala sesuatu harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri.[1]



b)   Prinsip Motivasi
Walker (1967) dalam bukunya “conditioning and instikan rumental learning” mengatakan “perubahan-perubahan yang dipelajari memberi hasil yang baik bilaman aorang mempunyai motivasi untuk melakukanya”.
     Thomas M. Risk memberikan pengertian motivasi sebagai berikut: motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif para peserta didik yang menunjang kearah tujuan-tujuan belajar.
     Kemudian, Prof. S. Nasution mengemukakan: Motifasi peserta didik adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukan)

c)    Prinsip Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang kita inginkan adalah perubahan perilaku setiap siswa. Guru dikatakan baik dan profesional jika ia menangani 32 orang siswa, seluruhnya berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, dikatakan guru tudak baik dan tidak profesional jika ia menangani / mengajar 32 orang siswa, 31 orang siswa tidak berhasil mencapai tujuan pembelajaran.[2]
Individu sebagau manusia merupakan orang-orang yang memiliki pribadi. Kekhususan jiwa itu menyebabkan indivindu yang satu berbeda dengan individu lainya.
Iqbal mengatakan bahwa perkembangan individualitas merupakan suatu proses yang kreatif. Dalam proses individu harus memainkan peranan yang aktif, selalu mengadakan aksi dan reaksi yang bertujuan terhadap lingkunganya. Dengan demikian tumbuh kembangnya individu sangat didukung oleh lingkungan (kelas).
 Ibn kaldun menganjurkan agar bidang studi itu, susah gampangya disesuaikan/diseimbangkan dengan kemampuan otak masing-masing peserta didik.
Ibn Sina menganjurkan supaya pembawaan, kesediaan, kemampuan pesrta didik dierhatikan dalam menuntunya kepada suatu bidang pekerjaan yang akan dipilihnya di masa datang.
Sedangkan al-Ghazali mengatakan bahwa kejadian pertama dan utama bagi guru adalah mengajarkan kepada peserta didik apa yang mudah dipahami, sebab suatu bidang studi yang sukar akan berakibat kericuhan mental dan peserta didik akan menjauhi/tidak memperhaitkan.
d)   Prinsip lingkungan
pembawaan yang potensial dari individu itu tidak spesifik melainkan bersifat umum dan dapat berkembang menjadi bermacam-macam kenyataan hasil interaksi dengan lingkunganya. Pembawaan menentukan batas-batas kemungkinan yang dapat dicapai oleh individu, tetapi lingkungan menentukan menjadi individu dalam kenyataan.

e)    Prinsip konsentrasi
Secara psikologis, jika memusatkan perhatian pada sesuatu maka segala stimulus lainya yang tidak diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya. Akibatnya dari keadaan ini adalah pengamatan menjadi sangat cermat dan berjalan dengan baik. Stimulus yang menjadi perhatianya kemudian menjadi mudah masuk ke dalam ingatan, juga akan menimbulkan tanggapan yang terang, kokoh, tidak mudah hilang bahkan dapat dengan mudah untuk direproduksikan.

f)       Rinsip Kebebasan
Pengertian kebebasan menurut Rosella Linskie, dalam bukunya “The Learning Procces” adalah : mengandung tiga dimensi
a.    Self directedness
b.    Self dicipline
c.     Self control
Kemudian menurut Felton Sheen memberikan batasan kebebasan ke dalam :
a.    There is the freedom to do only what you went to do
b.    There is the freedom to do only what you must to do
c.     There is the freedom to do only what you ought to do[3].

g)      Prinsip peragaan
Peragaan meliputi semua pekerjaan pancaindra yang bertujuan untuk mencapai pemberian pemahaman sesuatu hal secara lebih tepat dalam mengunakan alat-alat indra.




h)     Prinsip kerja sama dan persaingan
Jean D. Grambs berpendapat bahwa pengajaran di sekolah yang demokratis. Kerja sama maupun persaingan sama pentingnya, hanya persaingan yang dimaksud bukan bertujuan untuk memperoleh hadiah/kenaikan pangkat, tetapi untuk mencapai hasil yang lebih tinggi atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi kelompok.
Relasi dan kerja sama dalam kelompok yang demokraris itu yakni setiap individu berperan secara aktif dan ikut beerja sama. Proses kelompok memiliki dua ciri yaitu :
a.     Peran serta individu dalam segala kegiatan.
b.    Kerja sama antar individu dalam kelompok.

i)        Prinsip apersepsi
Apersepsi adalah suatu penafsiran buah pikiran yaitu menyatupadukan dan mengasimilasi sesuatu pengamatan dan pengamatan dan pengalaman yang telah dimiliki. Apersepsi sebagai salah satu fenomena yang di alami individu tatkala ada kesan baru yang masuk kesadaran serta bersosialisasi dengan kesan-kesan lama yang dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas, kesan yang lama disebut bahan apersepsi.
Apersepsi dimulai dengan menghubungkan lebih dulu pelajaran sebelumnya sebelum  menyajikan pelajaran baru, bisa disajikan melalui pertanyaan.

j)       Prinsip korelasi
Korelasi (saling berkaitan) pengajaran dengan masalah-masalah keseharian individu maupun dengan bidang lain akan menjadikan sesuatu yang baru dan berguna bagi peserta didik serta melatih upaya pemecahan dengan berdasar pada skill atau pengetahuan dari pengajaran tersebut.
Guru hendaknya berusaha menghubungkan pengajaran dari mata pelajaran yang sedang diajarkan/dipelajari peserta didik dari bahan pengajaran dari mata pelajaran yang lain.

k)     Prinsip efisiensi dan efektifitas
Pengajaran yang baik adalah proses pengajaran dengan waktu yang cukup serta dapat membuahkan hasil (pencapaian tujuan instruksional) secara tepat, cermat, dan optimal. Di sini peran metode sangat menentukan disiplin kelas dan disiplin waktu perlu disadari oleh setiap subjek pengajaran. Semua komponen pengajaran hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mendukung efisiensi dan efektifitas. Jadi pengajaran yang baik mestinya dapat berhasi guna dan berdaya guna.

l)        Prinsip globalitas
Menurut prinsip globalitas (integralitas) bahwa keseluruhan adalah menjadi titik awal pengajaran. Peserta didik selalu mengamati keseluruhan lebih dahulu baru kemudian bagian-bagiannya. Yaitu mengenalkan pengajaran kepada peserta didik dari pengertian yang umum kepada kaidah-kaidah yang khusus.

m)   Permainan dan hiburan
Kelas pemgajaran yang penuh konsentrasi menjadikan peserta didik kelalahan, bosan, butuh refresing dan rekreasi. Peserta didik hendaknya diijinkan bermain, bersukaria, berbicara bebas, bergerak-gerak untuk mengendorkan syaraf-syaraf yang kencang dan menghindarkan kebosanan asalkna memiliki manfaat bagi kelangsungan dan kelancaran aktivitas pengajaran. Bisa berupa humor atau dalam bentuk lain.[4]

B.            Pengertian Pendekatan
Menjadi guru kreatif, profesional dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal iini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan suatu pendekatan pembelajaran munkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainya.  
Dalam melakukan suatu pembelajaran, agar para murid terkondisikan dan dapat menerima pelajaran dengan baik, maka diperlukan suatu pendekatan yang harus dilakukan seorang pengajar kepada para siswanya.

Macam-macam pendekatan belajar mengajar :
1.      Pendekatan yang berhubungan dengan penyampaian materi
a.    Pendekatan kompetensi
Komptensi menunjukan kepada kemampuan melaksanakan kepada sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan, mulai dari menggosok gigi sampai dengan melakukan operasi jantung. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, komptensi menunjuk kepada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Komptensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan.
Paling tidak terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari pendidikan berdasarkan pendekatan kompeetensi. Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas adalah suatu falsafah tentang pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat, semua peserta didik akan dapat belajar dengan hasil yang baik dari seluruh bahan yang diberikan. Landasan teoritis yang ketiga bagi perkembangan pendidikan berdasarkan kompetensi adalah usaha penyusunan kembali definisi bakat.

b.    Pendekatan lingkungan
Pendekatan lngkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkunganya.
     Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada dilingkungan sekitar, baik diligkungan rumah maupun disekolah . dalam pada itu, peserta didik dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain di lingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi[5].
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilingkungan dengan dua cara:
1.    Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran.
2.    Membawa sumber-sumber dari lingkungan sekolah (kelas) untukkepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti narasumber, bisa juga sumber tiruan, seperti model dan gambar.
c.     Pendekatan kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan kurikulum 2004.
     CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan materi pemblajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi  hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

d.    Pendekatan tematik
Pendekatan tematik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang diguanakan dalam implementasi 2004, terutama di Taman Kanak-kanak dan Roudlotul Athfal, serta pada kelas rendah di SD dan MI.
     Pendekatan tematik dapat dilaksanakan oleh seoran guru, jadi semua bahan ajar menjadi tanggung jawabnya. Dapat pula dilaksankan oleh beberapa orang guru secara kolektif, namun harus dilandasi dengan kelancaran kounikasi, semangat kerja sama, dan mengadakan kordinasi yang baik diantara mereka.

e.     Pendekatan Tujuan Belajar
Pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang akan dicapai. Sebenarnya pendekatan ini tercakup juga ketika seorang guru merencanakan pendekatan lainya, karena suatu pendekatan itu dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua pendekatan dirancang untuk keberhasilan suatu tujuan.
f.     Pendekatan konsep
Pembelajaran dengan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses  pembelajaran tersebut penguasaan konsep yang menjadi fokus. Dengan berbagai metode-metode siswa dibimbing untuk memahami konsep[6].
g.    Pendekatan Inquiri
Penggunaan pendekatan inquiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendaliman situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli peneliti. Pendekatan inquiri dibedakan menjadi inkuiri terpimpin dan inquiri bebas (terbuka). Perbedaan antara keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatanya.
h.    Pendekatan Penemuan
Penggunaan pendekatan penemuan berarti kegiatan belajar mengajar siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah. Penemuan tidak terbatas pada menemukan sesuatu yang benar-benar baru. Pada umumnya materi yang akan dipelajari sudah ditentukan oleh guru, demikian pula situasi yangmenunjang proses pemahaman tersebut. Siswa akan melakukan kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan hal yang akan ditemukan.
i.      Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses, seperti mengamati, berhepotesa, merancanakan, menafsirkan dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

j.      Pendekatan Interaktif
Pendekatan ini memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan. Pertanyaan yang diajukan siswa sangat bervariasi sehingga guru perlu melakukan langkah-langkah menyimpulkan, memilih, dan mengubah pertanyaan tersebut menjadi suatu pertanyaan yang spesifik.
k.    Pendekatan pemecahan masalah
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua versi. Versi pertam siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data dan menyusun serangkaian petanyaan yang mengarahkan ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahanya sendiri. guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberikan petunjuk[7].

l.      Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan ketrampilan proses merupakan pendekatan pebelajarn yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilaidan sikap, serta menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian tersebut, termasuk diantaranya keterlibatan fisik, mental dan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran, untuk mencapai suatu tujuan.
Indikator-indikator pendekatan ketrampilan proses antara lain,
ü  Mengidentifikasi
ü  Mengklarifikasi
ü  Menghitung
ü  Mengukur
ü  Mengamati
ü  Mencari hubungan
ü  Menafsirkan
ü  Menyimpulkan
ü  Menerapkan
ü  Mengkomunikasikan dan
ü  Mengekpresikan diri.
Kemampuan – kemampuan yang menujukan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui partisipasi dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
m.  Pendekatan dan kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa inggris adalah bahasa asing pertama di indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Dalam rangka penguasaan bahasa inggris tidak bisa mengabaikan maslah pendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Diantara sebab kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa adalah kurang tepatanya pendidikan yang digunakan oleh guru. Kegagalan pengajaran tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja , karena akan menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yang dimasukinya. Karena perlu dipecahkan. Salah satu alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut maka digunakanlah pendekatan baru yaitu pendekatan kebermaknaan.[8]



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Agar lalu lintas pengajaran bisa berjalan lancar, teratur, terhindar dari beberapa hambatan yang berakibat pada stagnasi pengajaran, maka guru harus mengerti, memahami menghayati berbagai prinsip pengajaran dan pendekatan belajar mengajar sekaligus mengaplikasikan pada waktu dia melaksanakan tugasnya.





[1]Abdul Khobir, Strategi dan Metode Pembelajaran, Gama Media Yogyakarta, Hlm 38-39
[2] Nunuk Suryani & Leo Agung. Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm 9-10
[3] Opcit, Abdul Khobir, Strategi dan Metode Pembelajaran,.hlm 42

[4] Ibid ,. Hlm 44
[5] Ibid ,. Hlm 76
[6] Ibid ,. Hlm 82
[7] Ibid ,. Hlm 83
[8]Ibid,. Hlm 86

About